PENGERTIAN MASJID
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis
diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan
shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang
didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke
Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa
kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah
Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat
berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya
disebut dengan Masjid Nabawi.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat
melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah
adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam
pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu
dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum
muslimin.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat,
namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat,
berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial.
Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu),
merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid
Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan
untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri
kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi
kehidupan umat.
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR: Bukhori & Muslim).
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR: Bukhori & Muslim).
BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam
kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka
fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui
bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas
kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid
disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas
sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar,
khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu
juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain
sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan
dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat.
Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid
dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga
Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu
berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid
pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah
dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid,
berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat,
Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan
berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader
perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai
dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid
maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam
sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan
tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan
berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai
aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain
sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam
kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam.
Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini
memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari
Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan
peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent)
dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.
Ada beberapa masjid yang terkenal dan popular di Indonesia,
diantaranya:
1. Masjid Agung Demak (Demak Jawa
Tengah)
4. Masjid Kotagede (Yogyakarta)
Salah satu masjid yang akan saya
bahas yaitu Masjid Agung Demak. Masjid
Agung Demak adalah salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia.
Masjid ini terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini
pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama
Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini
diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak
sekitar abad ke-15 Masehi.
Masjid
ini mempunyai bangunan induk dan serambi. Bangunan induk mempunyai 4 tiang
utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atap
berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.
Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2)
Islam, dan (3) Ihsan. Pada Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung
candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun
1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Masjid
tradisional Banjar pada dasarnya mengambil pola masjid tradisonal Jawa khususnya masjid Agung Demak, karena Kesultanan Banjar
pertama kali mendapat pengaruh agama Islam dari Kesultanan Demak Bintoro. Pada masa itu Kesultanan
Demak mengirim Khatib Dayan yang merupakan cucu Sunan Gunung
Jati Cirebon
untuk mengajarkan agama Islam kepada rakyat negeri Banjar di Kalimantan Selatan. Namun masjid gaya Banjar
akhirnya memiliki ciri khasnya sendiri misalnya terlihat pada atap kemuncaknya
yang tinggi menjulang.
Masjid Agung Demak dengan pendopo di depan dan nDalem sebagai bangunan
utama yang beratap tumpang tiga.
Masjid
bergaya Banjar pernah dibangun di Sumatera dan Malaysia Barat, misalnya:
·
Masjid
Tinggi, Jalan Banjar di Bagan Serai, negara bagian Perak.
1.
Masjid
di negeri Banjar dibangun dengan konstruksi panggung.
2.
Masjid
di negeri Banjar pada bagian pengimamam (mihrab) memiliki atap tersendiri
terpisah dari bangunan induk.
3.
Pada
puncak masjid terdapat sungkul bangunan masjid yang disebut pataka yang terbuat dari
kayu ulin. Di Jawa disebut mustoko/memolo terbuat dari tanah liat.
4.
Pada
ujung-ujung pertemuan atap pada jurai luar terdapat Jamang.
5.
Terdapat
pagar susur yang disebut Kandang Rasi.
6.
Masjid
di Tanah Jawa terdiri atas 2 bangunan utama yaitu bangunan yang beratap tumpang
tiga yang merupakan "nDalem" dan bangunan beratap limas di depannya
yang merupakan "pendopo" sedangkan Masjid di negeri Banjar hanya
terdiri atas satu bangunan utama yang beratap tumpang tiga. Atap tumpang
(tajug) paling atas lebih runcing (curam) daripada masjid di Jawa.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar